Puluhan Guru bantu yang mengajar pada sejumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Toba Samosir, menyatakan penolakan untuk diangkat menjadi tenaga kontrak pada jajaran Dinas Pendidikan di kota itu. “Kami, para tenaga pendidik yang tersebar dalam 16 kecamatan di wilayah ini tidak mau disuruh menanda tangani pengalihan status dari guru bantu daerah menjadi tenaga kontrak,” kata Sirait, salah seorang Guru di Balige, Jumat (20/4). Untuk itu, kata dia, selama dua hari berturut-turut sejak Rabu (18/4), mereka telah mendatangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Toba Samosir (Tobasa) guna menyampaikan aspirasi, agar ditanggapi para wakil rakyat, sekaligus dapat memperjuangkan nasib para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.
Menurut dia, hal tersebut mereka lakukan karena adanya informasi yang disampaikan melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan pada sejumlah kecamatan yang menyebutkan pengalihan status tersebut. Dikatakannya, mereka yang mendatangi Kantor DPRD Tobasa itu, umumnya adalah guru bantu yang berasal dari sejumlah daerah terpencil di pelosok desa, dan sudah mengabdi selama bertahun-tahun, bahkan ada yang telah mengajar sejak enam tahun lalu.
“Kami sudah bertahun-tahun memperoleh status sebagai guru bantu di desa, namun tiba-tiba harus disuruh menanda tangani perubahan status menjadi tenaga kontrak,” katanya.
Ia, menyebutkan dirinya merasa sangat kesal dan kecewa dengan kebijakan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten setempat, yang kurang memberi perhatian akan nasib mereka, karena seolah institusi dimaksud tidak menawarkan solusi yang berpihak terhadap kepentingan mereka.
Manurung, seorang guru bantu lainnya menambahkan, sebelumnya mereka juga sudah mendatangi Dinas Pendidikan Tobasa untuk menyampaikan penolakan atas status tersebut dan selanjutnya ingin berjumpa langsung dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Tobasa. “Kami merasa sangat kecewa, karena tidak bisa berjumpa langsung dengan Sekdakab Tobasa, namun aspirasi sepenuhnya telah kami sampaikan lewat Asisten II, bidang Pembangunan,” katanya. (ant/int)